Download this Blogger Template by Clicking Here!

Ad 468 X 60

Marawis ?


Marawis adalah salah satu jenis "band tepuk" dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Karena musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, tak mengherankan bila ia memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu terce
rmin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta. Nama Marawis diambil dari nama salah satu alat musik yang dipergunakan dalam kesenian ini.

Secara keseluruhan, musik ini menggunakan hajir (gendang besar) berdiameter 45 Cm dengan tinggi 60-70 Cm, marawis (gendang kecil) berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm, rumbuk (sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh sentimeter. Kadang kala perkusi dilengkapi dengan tamborin atau krecek. Lagu-lagu yang berirama gambus atau padang pasir dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan tertentu Terdapat tiga jenis pukulan atau nada, yaitu zapin, sarah, dan zahefah.

Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Nada zapin adalah nada yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Tempo nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.

Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi lagu di majlas (tampil diatas panggung). Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat. "Harus belajar mukul sih, soalnya cara ngatur nadanya mesti pas. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.

Musik ini dimainkan oleh minimal sepuluh orang. Setiap orang memainkan satu buah alat sambil bernyanyi. Terkadang, untuk membangkitkan semangat, beberapa orang
dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan irama lagu. Semua pemainnya pria, dengan busana gamis dan celana panjang, serta berpeci. Uniknya, pemain marawis bersifat turun temurun. Tak heran bila sebagian besar masih dalam hubungan darah -- kakek, cucu, dan keponakan. Karena berupa musik tepuk, tak heran bila telapak tangan pun harus ikut menjadi korban. "Tangan kapalan udah biasa, apalagi sampai sobek.

0 komentar: